Kamis, 24 September 2015

Real Story : Saudara Jauh ? (Horror Story)

Kisah ini dimulai ketika Depok masih dirundung musim hujan, yang malamnya dipastikan akan banyak nyamuk. Pada hari itu, kami kehabisan obat nyamuk, sehingga ayahku dan ibuku keluar untuk membeli obat nyamuk di warung terdekat. Saat itu sudah malam dan masih gerimis, ayahku dan ibuku berpayungan berdua dibawah gerimis, sangat romantis menurutku. Mereka mencari ke warung terdekat, tapi ternyata warung-warung tersebut kehabisan obat nyamuk atau bahkan sudah tutup. Akhirnya ayahku dan ibuku memutuskan untuk mencari ke warung yang letaknya memang agak jauh, tapi barang-barang yang dijualnya sangat lengkap. Jalan menuju warung itu melewati jalan raya yang cukup sepi dan melewati daerah pemakaman yang tidak besar. Ayahku adalah seorang yang jahil, selama perjalanan dia terus menakut-nakuti ibuku. "Bu..saya mau ikut dengan ibu", ayahku terus membisikan suara itu dengan suara yang dibuat agak menakutkan. Ibuku terus saja berjalan, karena ibuku memang bukan orang yang penakut.
Ketika tengah malam, ibuku terbangun karena seperti ada yang mengganggu wajahnya. Ketika ibuku membuka mata, ibuku melihat ada sesosok wanita duduk disamping kepalanya dengan rambut yang terurai menutupi wajahnya, dan hanya ada air liur yang terlihat menetes darinya. Badannya terasa kaku dan tak bisa digerakan, dengan menahan rasa takutnya ibuku bertanya "Kamu mau apa?", dia hanya menjawab dengan suara mengerikannya "Saya mau ikut ibu", persis seperti yang diucapkan ayahku ketika menggodanya tadi dijalan. Dalam hati ibuku berdoa dan memberanikan diri mengeluarkan suaranya walau terdengar serak "Tempat kamu bukan disini, kamu diluar saja", Setelah itu ia menghilang dan seketika badan ibuku bisa digerakan kembali, ia segera memutar badannya dan tidur memeluk ayahku sambil terus berdoa.
Ketika pagi hari, ibuku menyapu dihalaman, tetanggaku menegur ibuku "Bu, Semalam ada keluarganya dari Palembang ya? Sekitar jam 3 pagi tadi saya pulang, dia berdiri saja di depan pintu, Apa ibu ga denger dia ketok pintu?". Ibuku hanya tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar